Peran Pendidikan Sangat Penting
Bengkalis,(Global)
Wakil Bupati Bengkalis, H Suayatno mengatakan pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mensosialiasikan HIV/AIDS. Hal itu tidak hanya sasaran dari sosialisasi yang melibatkan para
pelajar dan mahasiswa, melainkan juga meluruskan persepsi yang salah tentang HIV/AIDS di tengah-tengah masyarakat.
Hal itu disampaikan Suayatno saat memberikan pengarahan pada acara sosialisasi pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS melalui pendidikan, bertempat di Gedung Daerah, Selasa (17/7).
Drs, H. Suayatno menceritakan tentang penderita HIV/AIDS yang meninggal dan orang takut untuk memandikan karena khuatir tertular.
“Padahal kita ketahui kalau HIV/AIDS ini tidak tertular hanya melalui sentuhan kulit,” ujar H. Suayatno.
Lembaga pendidikan baik formal maupun informal menurut Suayatno yang juga Ketua Pelaksana KPA Kabupaten Bengkalis ini, memiliki peran penting untuk menjelaskan ke masyarakat tentang HIV/AIDS secara
detail, mula dari cara penularan hingga cara mencegah/menanggulangi. Pemahaman yang benar tentang HIV/AIDS pun perlu diketahui oleh para pelajar/mahasiwa. Bisa jadi karena faktor kekurangtahuan, kelompok usia produktif ini rentan terhadap penularan HIV/AIDS.
Dalam kesempatan sebelumnya, Suayatno mengungkapkan jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Bengkalis mengalami lonjakan yang cukup tajam pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun 2009. Dari awalnya berjumlah sekitar 37 kasus HIV/AIDS melonjak hingga 120 kasus per Desember 2011. Dari jumlah tersebut penderita dengan positif AIDS sebanyak 27 kasus, dan 7 diantaranya meninggal dunia.
Dikatakan, peningkatan tersebut seiring dengan intensnya pendataan yang dilakukan dan sekaligus bukti bahwa kasus HIV/AIDS seperti fenomena gunung es. “Yang tampak di permukaan itu hanya sebagian kecil
saja. Justru yang tidak terdata jauh lebih besar,” ujar Suayatno.
Dikatakan, berdasarkan data terakhir di dunia saat tercatat ada 38 juta penderita HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut, Indonesia menyumbang sebesar 270 ribu lebih dan diperkirakan pada tahun 2014 mendatang akan
meningkat menjadi 555 ribu kasus. Mayoritas penularannya terjadi melalui hubungan seksual bebas dan narkoba. Kondisi tersebut menurut H. Suayatno sangat mengkhuatirkan apalagi Indonesia tercatat memiliki
rekor epidemik tercepat se-Asia.
“Bagaimana tidak memprihatinkan, kita negara dengan mayoritas muslim, ternyata memiliki jumlah penderita HIV/AIDS yang cukup besar. Bahkan peningkatannya tercepat se-Asia. Padahal, agama sudah mengajarkan
kepada kita bagaimana berprilaku secara benar,” katanya.
H. Suayatno mengatakan, Kabupaten Bengkalis yang mayoritas masyarakatnya melayu dan melayu identik dengan Islam, diharapkan agar menghidupkan simbol-simbol tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Melayu identik dengan Islam bukan hanya sekedar simbol, melainkan harus diimplementasikan dalam setiap gerak langkah dan perbuatan.
“Hal yang sama juga harus dilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya, karena untuk mencegah penyeberan HIV/AIDS ini butuh kerja keras semua pihak,” ujarnya.
Dalam hal berpakaian misalnya, Suayatno berharap, terutama bagi anak-anak usia sekolah hendaknya mengenakan pakaian yang identik dengan budaya melayu dan tuntunan agama. Bukan ikut-ikutan budaya dari
luar yang jelas-jelas tidak mencerminkan budaya melayu. “Kita mulai dari hal-hal kecil seperti ini, kemudian kegiatan keagamaan juga, mari kita hidupkan kembali. Sebagai contoh, Maghrib mengaji yang sudah jarang terdengar mari kita mulai dari rumah kita masing-masing,”paparnya.
Kebiasaan-kebiasaan yang mencerminkan identitas melayu serta tuntunan agama menurut Suayatno memiliki pengaruh yang luar biasa dalam mencetak karakter atau pribadi masyarakat para generasi penerus masa
depan. “Insyallah, dengan karakter yang kuat, maka kita semua akan bisa terhindar dari HIV/AIDS ini,” kata Suayatno lagi (Rgc-di)
No comments:
Post a Comment