Jakarta,(Global)
Tim robot Bhatara Fakultas Teknik (FT) Elektro akan mewakili Universitas Brawijaya (UB) Malang, dalam kompetisi nasional di Bandung pada Juni mendatang. Kompetisi tahunan ini akan menjadi ajang untuk menyaring peserta untuk berlaga di kancah internasional.
Desain robot dari tim Bhatara FT Elektro UB tersebut merupakan hasil jerih payah Bagus Ilyas, Tunggul Widiamurti, Ikhsan Santoso, Wahyu Suwito, Raditya Arta, Muhammad Rizal, Very Hendriawan, Basori, dan Dikma H. Kompetisi yang akan mereka ikuti pada Juni mendatang merupakan besutan Abu Robocorn, sebuah asosiasi robot di Asia Pasifik. "Setiap tahun, mereka selalu mengadakan kompetisi yang diwakilkan satu universitas di salah satu negara. Tujuan dari kompetisi Abu Robocorn ini adalah untuk mencari perwakilan dari Indonesia di kancah internasional,'' kata Rizal, seperti dikutip dari Prasetya Online, Jumat (18/5/2012).
Sebelum maju ke tingkat nasional, Tim Robot Bhatara telah mengikuti Kontes Robot Indonesia (KRI) di tingkat regional Jawa Timur dan Bali. Pada kompetisi tersebut mereka dinobatkan sebagai juara ketiga. Dalam kompetisi robot tingkat regional empat tahun ini, aturan yang diberlakukan adalah membuat robot dengan tema atau ide awal tradisi budaya tahunan masyarakat kota Hongkong bernama Peng On Dai Gat. Tradisi ini merupakan kegiatan mengambil bakpao di atap atau gedung.
''Ide awal Peng On Dai Gat itu menjadi aturan dari kompetisi robot Abu Robocorn tahun ini yang sekaligus menjadi ide dalam mendesain robot yang akan dikompetisikan,'' ujar Rizal menambahkan.
Dia menyebutkan, salah satu sistematika lomba adalah membuat robot manual yang dikendarai driver. Robot manual tersebut harus bisa mengambil koin yang kemudian akan ditempatkan di kotak khusus. Setelah koin dimasukkan, robot otomatis boleh memulai pergerakannya untuk mengambil keranjang dan seterusnya. ''Jadi dalam desain robot, kami membuat tiga jenis, yaitu robot pertama adalah robot manual yang dikendarai driver, robot kedua adalah robot otomatis, dan robot ketiga adalah robot collector. Pada saat robot otomatis dijalankan ada zona-zona yang harus dipatuhi, seperti zona robot otomatis tidak bisa dimasukki oleh robot collector begitu sebaliknya,'' tuturnya.
Ikhsan Santoso menambahkan, untuk mempersiapkan kompetisi nasional tersebut timnya akan lebih mempercanggih komponen robotnya saat ini. ''Robot kami akan dikembangkan lagi untuk persiapan di kompetisi nasional. Sistemnya sih tetap sama tapi ada beberapa bagian yang akan kami lebih efisienkan untuk mempersingkat waktu,'' tutur Ikhsan.
Proses pembuatan robot yang hampir memakan waktu lebih dari satu tahun tersebut, menemui beberapa kendala. Di antaranya, pendanaan dan ketersediaan lapangan untuk latihan bagi para robot. "Untuk universitas-universitas maju saja dana yang digelontorkan untuk program ini puluhan hingga ratusan juta. Kami juga sangat mengharapkan adanya penyediaan lapangan untuk praktik robot. Selama kompetisi robot ini lapangan yang dipakai berukuran 13x13 dan lapangan yang kami pakai selama ini tidak sesuai standar lomba,'' ungkapnya.
Baik Ikhsan maupun Rizal berharap, universitas bisa mendukung penyediaan lapangan untuk praktik robotika. Menurut mereka, lapangan praktik robotika sangat berpengaruh besar dalam menghadapi lombanya. ''Semakin mirip dengan lomba akan semakin mudah untuk menghadapi lombanya,'' imbuhnya.(Okz)
No comments:
Post a Comment