Arrow

MENUJU RIAU 1//////////////////////////////

MENUJU RIAU 1//////////////////////////////


Keterlaluan , 3 Pesawat RAL Jadi Sarang Ular

Posted by Unknown ~ on ~ 0 comments


Pekanbaru,(Global)
Keterlaluan, tiga unit pesawat Riau Air Line yang berada di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta ternyata tidak satupun bisa dioperasikan. Parahnya, semua pesawat dalam kondisi rusak dan butuh perbaikan.

Padahal tiga unit pesawat tersebut aset yang dimiliki PT RAL untuk bisa  mengikat pihak investor. Namun, alih-alih bisa meyakinkan pihak ketiga, melihat kondisi tiga unit pesawat yang terparkir dihalim tersebut justru menjadi pertanyaan.

Pasalnya, lewat APBD Perubahan tahun 2011, pemerintah daerah sudah mengalokasikan anggaran Rp 30 miliar untuk RAL. Dana tersebut dibagi tiga dimana Rp 10 miliar diperuntukkan perbaikan pesawat yang ada di Halim.

"Kondisi pesawat kalau saya bisa katakan tinggal bangkai saja. Baling- balingnya tidak ada, bahkan mesinnyapun tidak tampak lagi. Sungguh kondisi tersebut sangat kita sayangkan, " ungkap Wakil Ketua Komisi B Ramli Fe, Jum'at (6/7).

Dipaparkannya, dirinya secara sengaja memantau kondisi tiga unit pesawat RAL yang terparkir di Halim. Hal itu sebagai tindak lanjut pernyataan Pemprov riau yang mengaku masih memiliki aset pesawat tiga unit.

Namun alangkah terkejutnya, saat dirinya mendapati kondisi pesawat yang sudah terpakir sangat lama itu, sama sekali tidak terawat. Badan pesawat sudah kusam dengan kondisi tidak sempurna lagi.

"Disela-sela kegiatan Badan anggaran (banggar) DPRD, saya tinjau pesawat RAL di Halim. Hasilnya sungguh sangat miris, " imbuhnya.

Upaya itu menurut Politisi PBR ini, untuk membuktikan dua unit pesawat yang dikatakan masih bisa berfungsi. Sedangkan satu unit dalam perawatan. "Justru yang saya lihat, ketiganya hanya terparkir menunggu lapuk saja, " ujar Ramli.

Ramli juga mengkritisi pernyataan jajaran Direksi RAL yang mengaku pesawat masih bisa difungsikan. Pasalnya pihak mekanik yang ada di Halim pun  mengakui jika ketiga pesawat tersebut sama sekali tidak bisa difungsikan lagi.

"Ya hanya tinggal bangkai saja. Jika dijual paling dijual kiloan. Pasawat tidak bisa lagi diperbaiki, " ujar Ramli.

Terkait dengan temuan tersebut, Ramli meminta agar aset yang dimiliki RAL saat ini bisa diaudir oleh BPK. Pasalnya, selama ini BUMD RAL belum juga melaporkan hasil audit atas keuangannya.

"Saya minta BPK audit kembali aset RAL. Segera berikan laporan pada DPRD. Kita sudah sangat lama meminta, namun tidak juga diberikan, "pintanya.

Selain itu, melihat kondisi pesawat RAL, Ramli berharap pihak investor  nantinya bisa membantu dengan perbaikan serta penambahan pesawat. Kehadiran pihak ketiga diharapkannya memberikan titik terang jika RAL kembali akan diterbangkan.

Penemuan tiga unit pesawat RAL di Halim, diakui anggota komisi B, Noviwaldy Jusman. Bahkan politisi Demokrat ini menyebutkan lokasi RAL terparkir sudah menjadi sarang ular.

Komisi B beserta salah satu pimpinan komisi C melihat keadaan sebenarnya aset RAL di Halim. Kondisi pesawat yang sebelumnya secara resmi dinyatakan 2 dalam kondisi layak terbang dan 1 unit dalam kondisi rusak.

Di bandara Halim Perdana Kusuma gabungan komisi B dan C melihat keadaan pesawat Fokker 50 dengan didampingi otoritas bandara dan dikawal oleh petugas AMC Bandara.

Rombongan melaju melintasi landasan pacu menuju lapangan rumput tempat bangkai-bangkai pesawat yang sudah rongsokan..

"Begitu sampai ditempat kumpulan besi tua pesawat tersebut. rombongan tercengang melihat kondisi 3 unit pesawat RAL yang tak satupun memiliki mesin. Sepertinya sudah dipreteli. Bahkan satu pesawat dengan nama lambung " Pekanbaru " sudah tak punya roda, " papar Novi.

Dikatakannya, kondisi tiga unit pesawat RAL sangat menyedihkan. "Bahkan ketika saya mendekat ke arah bawah pesawat untuk memastikan mesin sudah kosong melompong. Petugas bandara teriak " awas Pak..disana tempat sarang ulaar ". Ketika itu sesama anggota dewan saling menatap. Menjadi pertanyaan, apa yang mau dikerjakan sama Tim Penyelamat, " cerita politisi Demokrat ini.

Melihat kenyataan tersebut menurut Novi sekarang yang harus dilakukan meminta BPK untuk melaksanakan audit investigatif.

"Tim Penyelamat meminta anggaran Rp 5 milyar, untuk apa lagi. Apa kurang cukup uang dihambur-hamburkan. Kalau bagi saya mungkin RAL ini lebih baik jika menjadi sarang ular dari pada menjadi sarang tikus," sindir Novi.

Dalam catatan, LHP BPK, PT. Riau air tahun 2010 kumulatif telah menerima dana Rp.102.200.000 ( akumulasi ). Tahun 2011 Rp. 45.000.000.000,- total RAL sudah menerima Rp.147.200.000.000

Laba tahun berjalan (307.044.216.323,14 ) total equitas negatif. Cash flow negatif tandanya keuangan tidak sehat..

RIC ( Riau Investement Corp ) atau PT. PIR menyatakan bahwa Riau air sangat bagus sehingga RIC berminat meng akuisisi RAL.

Menurut Novi hal tersebut merupakan tindakan yang berbahaya dan terlalu dipaksakan.. Menurutnya RAL sudah di ruangan ICU. Secara teknis sudah meninggal tapi masih diberi alat bantu yang mahal harganya setiap hari menanggung beban.

"Semua pihak dihimbau untuk melepas RAL. Jika RIC mengakuisisi sama juga menempatkan RIC ke lumpur penghisap yang akhirnya menyeret RIC yang sehat menjadi ikut bangkrut, "ujar Novi.

Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setdaprov Riau Emrizal Pakis mengakui jika kondisi pesawat RAL di Halim hanya satu yang bisa dioperasionalkan dari lima yang dimiliki. Sedangkan selebihnya rusak
berat.

"Ya dari lima Foker 50 yang kita miliki, paling hanya satu yang bisa dioperasionalkan. Itupun kalau dilakukan perbaikan, " ujarnya.

Menurut Emrizal, pesawat yang berada di Halim tersebut masih merupakan aset RAL. Namun seperti apa pengaturan soal aset tersebut, Emrizal enggan memberikan komentarnya.

Menurutnya, hal itu merupakan kewenangan dari Sekdaprov Wan Syamsir sebagai Dirut RAL. "Dulu kita punya RJ 100, tetapi kan tidak ditangan kita lagi. Jadi ya aset yang dimiliki hanya pesawat yang dihalim. Itupun harus  diperbaiki untuk bisa mengoperasionalkannya. Soal berapa biayanya, itu kewenangan Sekda, " ujar Emrizal.

Jika nanti terjalin kerjasama dengan pihak ketiga, maka RAL tidak akan memakai pesawat yang di Halim. Menurut Emrizal, pihak ketiga nanti akan mengoperasionalkan pesawat lain. "Ya pastinya pakai pesawat baru, " ujarnya.

Sampai saat ini menurut Emrizal, tim penyelamatan terus melakukan upaya pembahasan agar RAL kembali terbang. Dikatakannya, pendekatan juga terus diupayakan dengan pihak ketiga. Meski sampai kini belum dipastikan pihak ketiga yang akan menjalin kerjasama dengan RAL.

"Soal perbaikan pesawat juga masuk dalam pembahasan. Tim terus memperkuat kerjasama dengan pihak ketiga. Ada beberapa pihak investor yang akan menggandeng RAL, " ucapnya.

Jajaran direksi RAL tidak ada yang memberikan konfirmasi terkait temuan pesawat RAL di Halim oleh DPRD Riau. Dirut RAL Teguh Trianto tidak memberikan jawaban saat dikonfirmasi (Rgc-Tp)


Related Posts

No comments: